Sejarah Berdirinya Kesultanan Malaka – Kesultanan Malaka, salah satu kerajaan Melayu yang bersejarah, memainkan peran penting dalam sejarah Asia Tenggara. Terletak di Semenanjung Malaya, kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di kawasan Nusantara. Dengan kekuatan strategis dan pengaruh budaya yang besar, Kesultanan Malaka memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan sejarah dan ekonomi di kawasan tersebut.
Artikel ini akan membahas sejarah berdirinya kesultanan Malaka dari pendiriannya hingga masa kejayaannya, serta faktor-faktor yang menyebabkan kejatuhan dan penurunannya.
Sejarah Berdirinya Kesultanan Malaka
Konteks Sejarah dan Awal Pendirian
Dilansir dari laman Wikipedia, Kesultanan Malaka didirikan pada awal abad ke-15 di wilayah strategis yang mengontrol jalur perdagangan Selat Malaka. Daerah ini sebelumnya merupakan tempat persaingan antara kekuatan lokal, dengan pengaruh besar dari Majapahit di Jawa dan Ayutthaya di Siam. Dalam konteks ini, Parameswara, seorang pangeran dari Palembang, melarikan diri dari serangan Majapahit dan Ayutthaya dan menemukan pelabuhan yang kaya di Malaka.
Parameswara, yang awalnya dikenal sebagai Sri Tri Buana, tiba di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Melaka dan menemukan daerah tersebut sebagai tempat yang strategis untuk mendirikan kerajaan. Pada sekitar tahun 1400, Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka dan mulai membangun struktur pemerintahan serta hubungan diplomatik untuk memperkuat posisinya.
Konversi ke Islam dan Perubahan Nama
Pada tahun 1406, Parameswara memeluk Islam setelah menikahi Putri Sultan Zainal Abidin dari Samudera Pasai. Konversi ini menandai perubahan besar dalam sejarah Malaka. Setelah memeluk Islam, Parameswara mengubah namanya menjadi Sultan Iskandar Syah. Perubahan ini bukan hanya simbolis tetapi juga strategis, karena Islam menjadi dasar bagi pemerintahan dan diplomasi Malaka.
Kejayaan Kesultanan Malaka
Masa Pemerintahan Sultan-sultan Malaka
Kejayaan Kesultanan Malaka mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan beberapa sultan yang berpengaruh. Sultan Muhammad Syah, yang memerintah dari 1414 hingga 1424, menjalin hubungan diplomatik yang penting dengan Tiongkok. Hubungan ini dimulai dengan pengiriman utusan ke Kaisar Yongle, yang memperkuat posisi Malaka sebagai pelabuhan penting dan terlindungi.
Puncak kejayaan Malaka berlanjut di bawah Sultan Mansur Syah (1459-1477), yang melakukan ekspansi wilayah dan memperluas kekuasaan Malaka. Sultan Mansur Syah menguasai wilayah-wilayah seperti Kedah, Pahang, Kampar, dan Siak Gasib. Ekspansi ini meningkatkan kontrol Malaka atas jalur perdagangan strategis dan memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan global.
Hubungan Diplomatik dan Ekspansi Wilayah
Malaka menjalin hubungan diplomatik yang kompleks dengan berbagai kekuatan regional, termasuk Majapahit, Siam, dan Tiongkok. Sultan Muhammad Syah mengirim utusan ke Tiongkok untuk menjalin persahabatan dan perlindungan dari serangan luar. Diplomasi ini memperkuat posisi Malaka dan melindunginya dari ancaman Siam dan Majapahit.
Ekspansi wilayah Malaka di bawah Sultan Mansur Syah juga melibatkan penguasaan pesisir timur Sumatra dan beberapa daerah penting lainnya. Penguasaan ini memungkinkan Malaka untuk mengontrol jalur perdagangan dan memungut cukai dari kapal-kapal yang melintas, menjadikannya sebagai pelabuhan strategis yang penting dalam perdagangan internasional.
Masa Kejayaan dan Pusat Perdagangan
Pada masa kejayaannya, Malaka menjadi pusat perdagangan global. Pelabuhan Malaka menjadi tempat singgah penting bagi kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, dan kerajaan ini mengendalikan jalur perdagangan yang sangat strategis. Malaka dikenal karena kemampuannya dalam mengelola pelabuhan dan menyediakan berbagai barang dagangan dari seluruh dunia, termasuk rempah-rempah, sutra, dan barang-barang mewah lainnya.
Kesultanan Malaka juga dikenal karena kemampuannya dalam menyebarkan agama Islam ke wilayah-wilayah tetangga. Dengan dukungan ulama dan pedagang, Malaka menjadi pusat penyebaran Islam di kawasan Nusantara. Hal ini memperkuat posisi Malaka sebagai kekuatan regional dan memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara.
Penurunan Kesultanan Malaka
Penaklukan oleh Portugis
Kejayaan Kesultanan Malaka mulai merosot ketika Portugis mulai mengincar kekayaan Malaka. Pada tahun 1511, pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque melancarkan serangan besar-besaran terhadap Malaka. Penaklukan ini dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil menaklukkan Malaka pada 24 Agustus 1511.
Penaklukan Portugis menandai awal dari perubahan besar dalam sejarah Malaka. Sultan Mahmud Syah, yang merupakan penguasa saat itu, melarikan diri ke Bintan dan mencoba untuk merebut kembali Malaka. Meskipun Sultan Mahmud Syah melakukan perlawanan, usahanya tidak berhasil, dan Portugis terus menguatkan posisinya di kawasan tersebut.
Kehilangan dan Akhir Kesultanan
Setelah penaklukan Malaka, Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan kemudian ke Kampar Pekan Tua. Meskipun ada beberapa upaya untuk merebut kembali Malaka, Portugis berhasil mempertahankan kendalinya. Sultan Mahmud Syah meninggal di Kampar Pekan Tua pada tahun 1528, dan perlawanan terhadap Portugis berakhir dengan kekalahan.
Portugis terus menguasai Malaka dan mengembangkan pengaruhnya di kawasan tersebut. Penaklukan Portugis menandai akhir dari kejayaan Kesultanan Malaka dan awal dari periode kolonialisasi Eropa di Nusantara.
Pemerintahan dan Hukum
Kesultanan Malaka memiliki sistem pemerintahan yang terstruktur dengan baik, meskipun tidak sepenuhnya berbasis pada hukum Islam. Struktur pemerintahan terdiri dari Sultan yang memegang kekuasaan absolut, serta pembantu seperti Bendahara, Tumenggung, Penghulu Bendahari, dan Syahbandar. Jabatan Laksamana, yang dipegang oleh kelompok Orang Laut, memainkan peran penting dalam menjaga keamanan jalur pelayaran.
Hukum yang diterapkan di Kesultanan Malaka menggabungkan elemen hukum Islam dengan tradisi lokal. Hukum Kanun Malaka, yang merupakan kode hukum yang diterapkan di kesultanan, mencerminkan pengaruh Islam dalam sistem peradilan Malaka. Namun, sistem ini juga mempertahankan unsur-unsur hukum adat yang berlaku di kawasan tersebut.
Warisan Kesultanan Malaka
Pengaruh Budaya dan Agama
Kesultanan Malaka meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang signifikan di kawasan Nusantara. Pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam dan budaya Melayu dapat dirasakan hingga saat ini. Malaka menjadi pusat penyebaran Islam yang penting, dan budaya Melayu yang berkembang di bawah pengaruh Malaka terus mempengaruhi kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
Peninggalan Arsitektur dan Sejarah
Warisan arsitektur Kesultanan Malaka juga dapat dilihat dalam bentuk-bentuk bangunan bersejarah yang masih ada hingga kini. Beberapa peninggalan arsitektur termasuk Masjid Sultan, yang merupakan salah satu masjid tertua di Malaysia, dan berbagai situs bersejarah yang menunjukkan kekayaan budaya Malaka.
Daftar Raja Malaka
Berikut adalah daftar beberapa raja Malaka dan masa pemerintahannya:
- Parameswara (1402-1414): Pendiri Kesultanan Malaka yang dikenal sebagai Sultan Iskandar Syah.
- Megat Iskandar Syah (1414-1424): Putra Parameswara yang melanjutkan pemerintahan.
- Muhammad Syah (1424-1444): Memperkuat posisi Malaka sebagai pusat perdagangan.
- Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446): Masa pemerintahan yang singkat.
- Mudzaffar Syah (1446-1459): Melakukan ekspansi wilayah.
- Mansur Syah (1459-1477): Menguasai Kedah, Pahang, Kampar, dan Siak.
- Alauddin Riayat Syah (1477-1488): Diduga diracun.
- Mahmud Syah (1488-1511): Masa pemerintahan berakhir dengan penaklukan Portugis
Baca Juga : Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Pertama Kali
Penutup
Kesultanan Malaka, dengan sejarahnya yang kaya dan kompleks, memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah dan budaya Asia Tenggara. Dari pendiriannya oleh Parameswara hingga kejayaannya di bawah Sultan-sultan besar, hingga akhirnya kejatuhan ke tangan Portugis, Kesultanan Malaka telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sejarah dan ekonomi kawasan Nusantara.
Dengan memahami Sejarah berdirinya kesultanan Malaka, kita dapat lebih menghargai bagaimana kerajaan ini mempengaruhi perkembangan budaya, agama, dan perdagangan di Asia Tenggara. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang mendalam dan bermanfaat mengenai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara.