Sejarah Anglo-Zanzibar – Perang merupakan salah satu bagian penting dari sejarah manusia. Dari konflik besar seperti Perang Dunia hingga perang saudara yang mengubah tatanan sosial, semua pertempuran biasanya berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Namun, ada satu perang yang dikenal sebagai perang tersingkat dalam sejarah dunia, yaitu Perang Anglo-Zanzibar.
Perang ini hanya berlangsung selama 38 menit tetapi memiliki dampak besar terhadap wilayah dan masa depan Zanzibar. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah yang melatarbelakangi perang tersebut, faktor-faktor penyebab terjadinya, serta dampak jangka panjangnya bagi Zanzibar dan dunia internasional.
Latar Belakang Zanzibar Sebelum Perang
Zanzibar, sebuah kepulauan yang terletak di pesisir timur Afrika, memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan di Samudra Hindia. Pada abad ke-19, Zanzibar merupakan wilayah strategis yang sangat penting, terutama karena letaknya yang menjadi jalur perdagangan antara Afrika, Arab, India, dan Eropa. Pulau ini terkenal dengan perdagangan rempah-rempah, seperti cengkeh, dan juga terlibat dalam perdagangan budak.
Zanzibar pada awalnya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Oman. Pada tahun 1840, Sultan Oman memindahkan ibu kota kesultanan dari Muskat ke Zanzibar, mengukuhkan posisi Zanzibar sebagai pusat kekuasaan di wilayah itu. Dalam dekade-dekade berikutnya, Zanzibar tumbuh menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang penting di Afrika Timur, berkat perdagangan yang berkembang pesat.
Namun, seperti banyak wilayah Afrika lainnya pada saat itu, Zanzibar tidak luput dari perhatian kekuatan Eropa. Dengan berjalannya waktu, Inggris dan Jerman mulai menunjukkan minat besar terhadap wilayah ini, terutama karena nilai strategis dan ekonominya.
Protektorat Inggris di Zanzibar
Pada tahun 1890, Inggris dan Jerman membuat kesepakatan yang dikenal sebagai Perjanjian Helgoland-Zanzibar. Dalam perjanjian ini, Inggris setuju untuk mengakui dominasi Jerman di wilayah-wilayah tertentu di Afrika Timur, sementara Jerman mengakui pengaruh Inggris atas Zanzibar. Dengan kesepakatan ini, Zanzibar secara resmi menjadi protektorat Inggris.
Meskipun Zanzibar secara teknis tetap memiliki sultan yang berkuasa, kontrol nyata berada di tangan Inggris. Sultan Hamad bin Thuwaini, yang memimpin Zanzibar pada waktu itu, adalah sosok pro-Inggris yang sepenuhnya tunduk pada kebijakan Inggris. Hubungan yang damai ini berlanjut sampai kematian Sultan Hamad pada tahun 1896.
Krisis Penggantian Sultan
Kematian Sultan Hamad bin Thuwaini menandai titik kritis dalam sejarah Zanzibar. Ketika Sultan Hamad meninggal, penerus yang diharapkan oleh Inggris adalah Sultan Hamoud bin Mohammed, yang juga pro-Inggris. Namun, yang naik takhta bukan Hamoud, melainkan Khalid bin Barghash, keponakan Sultan Hamad. Khalid menaiki takhta tanpa persetujuan Inggris, yang melihatnya sebagai ancaman terhadap dominasi mereka di Zanzibar.
Khalid bin Barghash dikenal sebagai pemimpin yang menolak pengaruh Inggris dan ingin memerintah secara independen. Setelah naik takhta, Khalid segera mengumpulkan pasukan dan bersembunyi di istana, bersiap untuk mempertahankan tahtanya dari ancaman Inggris. Inggris, yang tidak menyukai Khalid dan ingin mempertahankan kendali mereka atas Zanzibar, segera merespons dengan memberi ultimatum.
Pada 25 Agustus 1896, Konsul Inggris di Zanzibar, Basil Cave, mengirimkan pesan kepada Sultan Khalid agar ia turun takhta dan menyerahkan kekuasaan kepada Hamoud bin Mohammed. Khalid menolak, dan ketegangan antara kedua belah pihak meningkat dengan cepat.
Perang Anglo-Zanzibar: Pertempuran yang Cepat dan Menentukan
Dilansir dari Wikipedia, Tanggal 27 Agustus 1896 menjadi hari yang bersejarah. Pada pagi itu, Inggris memberikan ultimatum terakhir kepada Sultan Khalid, memerintahkannya untuk turun dari tahta sebelum pukul 09:00. Khalid, yang merasa yakin dengan kekuatan pasukannya, menolak untuk menyerah. Dia mengerahkan sekitar 2.800 pasukan yang terdiri dari tentara Sultan dan beberapa kapal kecil yang dilengkapi dengan senjata sederhana.
Namun, pasukan Inggris jauh lebih siap. Dengan lima kapal perang di pelabuhan Zanzibar, termasuk HMS St. George dan HMS Philomel, mereka telah menyiapkan artileri berat dan serangan udara yang jauh lebih modern dibandingkan dengan senjata Sultan Khalid. Pada pukul 09:02, setelah Sultan Khalid tetap tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah, Inggris memulai serangan mereka.
Dalam hitungan menit, istana Sultan Khalid hancur akibat serangan meriam dari kapal perang Inggris. Pasukan Khalid yang tidak siap menghadapi serangan modern, segera melarikan diri. Kapal perang Sultan juga dihancurkan, dan perlawanan yang diharapkan Khalid berakhir dengan sangat cepat.
Pada pukul 09:40 pagi, hanya 38 menit setelah dimulai, pertempuran berakhir. Khalid sendiri melarikan diri ke Konsulat Jerman untuk mencari perlindungan. Inggris, yang menang telak, segera menempatkan Sultan Hamoud bin Mohammed di atas takhta sebagai boneka pemerintahan yang tunduk kepada mereka.
Faktor Penyebab Kekalahan Zanzibar
Perang Anglo-Zanzibar menjadi contoh klasik dari kesenjangan kekuatan militer antara negara kolonial Eropa dan wilayah yang mereka kuasai. Beberapa faktor utama yang menyebabkan kekalahan Zanzibar meliputi:
- Kesenjangan Teknologi Militer: Inggris menggunakan kapal perang yang dilengkapi dengan meriam dan senjata modern, sementara pasukan Zanzibar sebagian besar masih menggunakan senjata tradisional.
- Kurangnya Strategi Militer yang Efektif: Sultan Khalid tidak memiliki strategi militer yang memadai untuk menghadapi serangan skala besar dari Inggris. Pasukan Zanzibar tidak memiliki pelatihan dan perlengkapan yang diperlukan untuk melawan serangan yang sangat terorganisir.
- Minimnya Dukungan Internasional: Meskipun Khalid berharap mendapatkan dukungan dari Jerman, bantuan itu tidak pernah datang tepat waktu. Zanzibar tidak memiliki sekutu yang cukup kuat untuk melawan Inggris.
Dampak Perang Anglo-Zanzibar
Meskipun perang ini sangat singkat, dampaknya terasa sangat besar bagi Zanzibar dan kekuasaan kolonial Inggris di Afrika Timur. Berikut beberapa dampak utama dari Perang Anglo-Zanzibar:
- Peningkatan Kontrol Inggris: Kemenangan Inggris dalam perang ini menandai peningkatan kontrol mereka atas Zanzibar. Meskipun Zanzibar tetap dipimpin oleh sultan, peran sultan hanyalah simbolis, sementara kebijakan-kebijakan utama tetap ditentukan oleh Inggris.
- Penghapusan Dinasti Keluarga Khalid: Dengan pengusiran Sultan Khalid, pengaruh dinasti keluarganya di Zanzibar merosot. Sultan Hamoud yang ditempatkan oleh Inggris lebih banyak berperan sebagai pemimpin boneka, yang tunduk pada arahan kekuasaan kolonial.
- Pameran Kekuatan Imperial Inggris: Perang Anglo-Zanzibar menjadi simbol dari kekuatan dan dominasi militer Inggris di Afrika. Hal ini juga memperlihatkan bahwa Inggris mampu menundukkan pemberontakan dalam waktu yang sangat singkat, bahkan dalam situasi yang sangat tidak seimbang.
Fakta Menarik tentang Perang Anglo-Zanzibar
Ada beberapa fakta menarik yang menambah daya tarik cerita tentang Perang Anglo-Zanzibar:
- Perang Tersingkat dalam Sejarah: Durasi perang yang hanya 38 menit membuatnya tercatat sebagai perang tersingkat yang pernah ada, sesuai dengan Guinness World Records.
- Minim Korban di Pihak Inggris: Meskipun pasukan Zanzibar mengalami kerugian yang signifikan, dengan sekitar 500 korban jiwa, pasukan Inggris hanya mengalami sedikit kerugian, dan tidak ada satu pun prajurit Inggris yang tewas dalam pertempuran tersebut.
- Perang yang Tidak Sebanding: Perang ini dianggap sebagai salah satu konflik yang sangat tidak seimbang, di mana teknologi dan persenjataan modern dari Inggris membuat pasukan Zanzibar tidak berdaya menghadapi serangan mereka.
Penutup
Sejarah Anglo-Zanzibar adalah salah satu episode menarik dalam sejarah kolonialisme di Afrika. Perang yang berlangsung hanya 38 menit ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kekuatan militer dan teknologi dapat menentukan hasil dari sebuah konflik. Meski singkat, perang ini menjadi simbol dari ketidakadilan dalam sejarah kolonial, di mana kekuatan Eropa menggunakan superioritas mereka untuk menundukkan bangsa-bangsa yang lebih lemah.
Dalam refleksi dari sejarah ini, kita dapat belajar banyak tentang ketidakadilan yang ditimbulkan oleh kolonialisme dan pentingnya diplomasi dalam menyelesaikan konflik. Zanzibar, yang kini menjadi bagian dari Tanzania, terus berkembang dengan identitas dan kebudayaannya yang unik, namun kisah perang ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah mereka.